Refleksi Globalisasi: Melihat Budaya, Membentuk Identitas Bangsa

(UKWMS –4/4/16) Ajang persaingan pasar bebas dan keterbukaan menandai globalisasi sebagai fenomena yang tak terelakkan lagi. Masyarakat menjadi pemeran utama yang bermain di dalamnya. Di tengah fenomena itu, hari Sabtu (2/4) menjadi hari di mana para mahasiswa, aktivis, dan dosen menggelar simposium nasional yang bertajuk Membentuk Identitas Indonesia dalam Arus Globalisasi. Simposium tersebut diadakan di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dan dihadiri oleh tiga pembicara utama, yakni Prof. Dr. Fx. Armada Riyanto, Dr. Alb. Budi Susanto, dan Kyai. Ng. H. Agus Sunyoto, M.Pd. Simposium tersebut diadakan untuk memberi ruang diskusi dalam menengok kembali fenomena globalisasi dan bagaimana bangsa ini kemudian membentuk identitas dirinya. Tidak hanya itu para dosen tamu turut menyumbangkan pandangan kritisnya dalam pembicaraan-pembicaraan kelompok.

“Globalisasi mengubah cara berpikir kita mengenai identitas. Bangsa Indonesia di dalam pengertian identitas kerap kali jatuh di dalam cara berpikir yang keliru”, ungkap Guru Besar STFT Widya Sasana Malang Armada Riyanto di tengah diskusi utama.

Armada Riyanto menandaskan, Globalisasi kerap ditandai dengan argumentation fallacy atau sesat dalam beragumentasi.  Cara berpikir yang keliru kerap terjadi dalam masyarakat ketika masyarakat dihadapkan pada kejadian-kejadian tertentu. “Sebagai contoh, beberapa dari saudara-saudara kita kaum muslim marah ketika mereka tahu pada saat tahun baru ada terompet yang dibuat dari kertas bekas Alquran salah cetak, sementara mereka tidak marah ketika ada korupsi pengadaan Alquran di departemen agama. Yang keliru di sini adalah perspektif metodologi. Inilah argumentation fallacy dimana kebenaran tidak lagi dimaknai dengan baik melainkan hanya diringkas dalam simbol. Tetapi ketika isi penting dari pesan Alquran (yang pada kenyataannya setiap korupsi harus dilawan) dilanggar, kita malah tidak bereaksi,” ungkap Armada. Ia lantas menambahkan, dengan belajar filsafat kita akan mendapatkan buahnya, yakni kesadaran akan argumentation fallacy.

Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Alb. Budi Susanto menyampaikan, globalisasi dasarnya ialah imajinasi atau membayangkan. “Indonesia” berasal dari bayangan daerah Sabang hingga Merauke yang diketemukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Globalisasi-Nasional-Kosmopolitan muncul sebagai buah dari rasa persaudaraan antar bangsa di bumi Indonesia ini.

Menurut Kyai Agus Sunyoto, Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin (Lesbumi) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), globalisasi dibahas pertama kali secara serius oleh Gus Solah. Menurut beliau dengan runtuhnya komunisme, kapitalis mencapai kemenangannya. Namun, kapitalisme tidak menghendaki dirinya sebagai sorotan. Pasti ada skenario lain, yakni pasca perang dingin konflik ke depan ialah konflik peradaban antara Timur dan Barat, serta diwakili oleh agama-agama. Pertentangan budaya tersebut ditengarai akan menimbulkan masyarakat baru. Menurut teori George Soros masyarakat baru dunia ditandai dengan hilangnya identitas budaya dan bahasa. Mereka dapat tinggal di mana saja.

Globalisasi menjadi sorotan tajam dalam upaya proses pembentukan identitas bangsa. Ketiga pembicara menandaskan bahwa upaya membentuk identitas bangsa tidak dapat lepas dari latar belakang sosial-budaya. Bangsa ini perlu kembali menengok dan menggali kearifan lokal sebagai modal dasar. Kebudayaan-kebudayaan lokal menjadi keunikan bangsa dalam menghadapi serbuan masif budaya luar negeri. Karena itu proses membentuk identitas bangsa akan sangat bergantung kepada masyarakat Indonesia sebagai agen perubahan sekaligus pembentuk identitas bangsa Indonesia. (Alexander Detayoga/ Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ilustrasi-artikel-Perempuan-butuh-tidur-berkualitas_pexels-kha-ruxury

Perempuan Butuh Tidur Berkualitas

(UKWMS – 19/04/2024) Suatu penelitian yang dilakukan oleh National Library of Medicine mengungkap fakta mengejutkan tentang kebutuhan tidur perempuan. Rupanya perempuan 40% lebih rentan mengalami

Ilustrasi-untuk-artikel-Sadari-Kondisi-dan-Penyakit-Pendarahan_-sumber_pexels-karolina-grabowska

Hari Hemofilia Sedunia

(UKWMS – 17/04/2024) Hari Hemofilia Sedunia adalah peringatan internasional yang diperingati setiap tanggal 17 April. Peringatan ini diprakarsai oleh Federasi Hemofilia Sedunia (WFH) pada tahun

Pameran-Karya-Seni-Budaya-Asli-Australia_sumber-flickr.com-sebagai-iIlustrasi-untuk-artikel-memperingati-hari-seni-dunia.jpg

Memperingati Hari Seni Dunia

(UKWMS – 15/04/2024) Hari Seni Sedunia, yang dirayakan setiap 15 April, adalah peringatan global yang diperingati untuk mengakui pentingnya seni dalam kehidupan manusia. Perayaan ini