(UKWMS – 4/11/2025) – Pembelajaran siswa saat ini, semakin canggih seiring dengan perkembangan teknologi. Di beberapa negara, bahkan sudah memasukkan materi koding dan robotik ke dalam kurikulum siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak, hingga Sekolah Dasar (SD).
Tak mau ketinggalan, Indonesia pun mulai mengkaji hal tersebut untuk diterapkan di Indonesia. Namun, belum semua tenaga pendidik memiliki pengetahuan yang detil mengenai koding dan robotik. Bahkan, bagi sebagian orang, materi ini dianggap sulit dan belum waktunya diajarkan sejak dini.
Untuk itu, Rumah Edukasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FKIP UKWMS), menggelar Workshop Koding dan Robotik Berbasis STEAM (Science, Tecgnology, Engineering, Art, dan Mathematics). Bertempat di Auditorium UKWMS Kampus Kalijudan, acara ini digelar selama tiga hari, yakni Kamis – Sabtu (16-18/10).
“Sejalan dengan rencana dari pemerintah, untuk memasukkan materi koding dan robotika di kurikulum pembelajaran Sekolah Dasar. Maka dari itu, kami bersama Rumah Edukasi menggelar lokakarya ini,” tutur Dr. Imelda Gozali, B.Eng., M.Pd., selaku Wakil Dekan I FKIP UKWMS.
Pada hari pertama, sebanyak 125 Guru PAUD hadir dan mengikuti lokakarya dengan antusias. Duduk secara berkelompok yang terdiri dari tiga orang, para guru menyimak dan mencoba langsung pembelajaran koding menggunakan alat edukasi. Dipandu perlahan oleh Mulia Anton, S.Psi., Psikolog, selaku Direktur Rumah Edukasi.
“Dengan metode Deep Learning atau Pembelajaran mendalam, diharapkan anak-anak kita bukan hanya banyak teori, tapi bisa mempraktikkan. Terlebih, sekarang dimana-mana sudah menggunakan robot, maka jangan ketinggalan. Dan Guru hingga Kepala Sekolah juga harus belajar lagi,” tutur Dra. Agnes Warsiati, M.Si., selaku Ketua PGRI Kota Surabaya ketika hadir menyampaikan sambutan.
Selain untuk para Guru dan Kepala Sekolah, lokakarya ini berlanjut di hari kedua untuk siswa SD kelas III dan Guru Pendamping. Dan di hari ketiga, lokakarya diikuti oleh siswa SD kelas V beserta Guru Pendamping. Harapannya, pemikiran kritis siswa bisa diasah sejak dini. (Red1)





