(UKWMS-16/04/2016) – Menjadi tenaga pengajar bukanlah hal yang semudah kelihatannya, kenyataannya lebih dari sekedar mengajar dan memberi nilai kepada mahasiswa. Ada hal lain yang harus ditunaikan sebagai tenaga pengajar, salah satunya adalah ‘Pengabdian Masyarakat’. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, dosen harus memfasilitasi dan melayani apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sekitar dan berusaha mencari solusi atas permasalahan yang muncul.
“Pengembangan Jiwa dan Kecerdasan Wirausaha untuk Meningkatkan Ekonomi Keluarga Muda GKJW Jemaat Darmo Surabaya” menjadi tema kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu (10/4) lalu bertempat di Gereja Kristen Jawi Wetan Darmo Surabaya oleh perwakilan dua dosen Fakultas Bisnis jurusan Manajemen dan Akuntansi Drs. Julius F Nagel, S.TH,MM serta RR. Puruwita Wardani, SE., MA., Ak.
Bentuk kegiatan ini berupa seminar singkat dan pelatihan membuat kotak hantaran yang tentunya didasari kebutuhan dan permintaan jemaat GKJW. Tepat pukul 10.30 pagi acara dimulai dengan doa pembuka dilanjutkan dengan materi “Pengenalan Persamaan Dasar Akuntansi dan Penentuan Harga Jual Pokok Produksi” oleh Puruwita Wardani. Materi yang diberikan ini berguna bagi para peserta dalam mencatat keuangan usahanya. Mulai dari bagaimana menentukan harga jual dan biaya-biaya lain yang sebetulnya harus diperhitungkan namun bagi usaha mikro hal ini ternyata sering terlupakan.
Keseriusan puluhan peserta pada sesi ini pun nampak dari antusiasme mereka mencatat materi mengenai pencatatan keuangan yang kemudian ditanggapi dengan gembira oleh pemberi materi. “Puji Syukur saya sangat puas karena tanggapannya positif sekali mulai dari penentuan harga pokok produksi, mereka sudah banyak yang mencatat dan kemudian jadi tahu ternyata ada tenaga kerja langsung yang harus diperhitungkan,” ujar dosen akuntansi yang akrab disebut sebagai Ibu Dini tersebut oleh mahasiswanya.
Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Julius Nagel mengenai pengembangan jiwa kewirausahaan. Terdapat beberapa faktor penghambat dalam memulai wirausaha yang dijelaskan oleh dosen Manajemen ini. “Antara lain adalah mentalitas masyarakat indonesia yang masih takut untuk memulai usaha sendiri, pola pikir orang tua yang selalu menginginkan anaknya agar dapat bekerja di perusahaan besar dan bukan sebagai wirausahawan, dan pola pikir masyarakat yang senang menggunakan produk luar dan bukan hasil karya dari negeri sendiri, serta yang terakhir adalah dukungan pemerintah yang dirasa masih kurang dalam meng-cover para wirausahawan,” paparnya.
Kita perlu berwirausaha, karena dari berwirausaha dapat meningkatkan daya saing bangsa, memperbesar skala bisnis dan juga menciptakan banyak lapangan kerja serta menyerap tenaga kerja. Sesi tersebut diharapkan dapat mendongkrak jiwa kewirausahaan peserta. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari peserta. Jimmy, sebagai salah seorang peserta berujar,“saya merasa pertanyaan saya sudah terjawab dengan baik, tinggal nanti bagaimana untuk realisasinya saja”.
Setelah sesi tanya jawab acara dilanjutkan dengan makan siang dan diteruskan dengan pelatihan pembuatan kotak hantaran oleh peserta. Setiap peserta diberikan bahan-bahan untuk membuat kotak hantaran beserta dengan aksesorisnya. Pelatihan yang diberikan merupakan praktik yang dilaksanakan sebagai rangkaian kegiatan dengan maksud untuk menumbuhkan minat enterpreneurship bagi peserta kegiatan dan sebagai wujud konkrit meningkatkan perekonomian keluarga muda.
“Saya senang acaranya bermanfaat, bisa menambah ilmu juga tentang wirausaha dan bekal membuat kotak hantaran,” ujar Eva, salah satu peserta seminar dan pelatihan. Tanpa disadari keasyikan peserta dalam membuat kotak hantaran ini telah memakan waktu cukup lama sehingga hari semakin sore dan acara pun diakhiri dengan foto bersama. Tidak hanya bekal secara materi yang dapat dibawa pulang oleh peserta namun juga kemampuan baru yang terbukti dari hasil karya masing-masing. (Tirsa Ruby/ Red)