(UKWMS – 28/3/2023) – Berkarir sejak tahun 1976, tentu ada begitu banyak pasien dan ragam kasus yang dihadapi, mulai ringan hingga berat. Sebagai seorang dokter ahli bedah toraks, kardiak, vascular-endovaskular sekaligus pendidik, menjadi moral tersendiri bagi Prof. Dr.med. Paul L. Tahalele, MD., Ph.D., FINACS, FICS, FCTS., untuk bisa berbagi ilmu.
Dokter yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FK UKWMS) ini menuliskannya dalam sebuah buku, Bedah Toraks Pengalaman Klinis 44 Tahun. Beragam topik dibahas, mulai kelainan kongenital, penyakit infeksi, tumor jinak, tumor ganas, trauma toraks, hingga Teknik Operasi Tahalele (Tahalele’s Method).
Bagi Prof Paul, menjadi seorang dokter khususnya di Indonesia harus kreatif dan inovatif. “Menjalankan segala profesi pasti ada keterbatasan, sama halnya menjadi dokter apalagi mereka yang bertugas di wilayah yang semua sarananya sangat terbatas. Dari kondisi tersebut kita harus belajar berpikir kreatif, memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar kita. Contoh, dulu saya memanfaatkan kain pel untuk menyerap darah ketika operasi,” jelas Prof Paul.
Seiring makin bertambahnya pengalaman dan beragam kasus yang dihadapi, Prof Paul mencetuskan Tahalele’s Method. Metode ini terinsipirasi oleh Prof. Robert Hacker di Erlangen Jerman, ketika Prof Paul menjalani studi subspesialisasi bedah TKV.
“Metode ini merupakan rekonstruksi dinding toraks yang dikembangkan sejak 1986 dengan beberapa kelebihan khusus, yakni biaya yang tidak mahal, alat operasi yang mudah didapat dan sederhana, dan dapat dilakukan di negara berkembang dengan fasilitas atau alat operasi yang terbatas dan minimal,” ungkap Prof Paul.
Pada metode ini, salah satu contoh kasusnya ketika ada tumor pada toraks sehingga tulang rusuk harus dipotong lima hingga enam ruas. Prof Paul memanfaatkan kawat sebagai pengikat, yang dikaitkan sedemikian rupa hingga terhubung dan membentuk jaring laba-laba, lalu ditutup dengan mobilisasi otot dari dinding toraks salah satunya muscle latissimus dorsi. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya tumor jinak maupun ganas belum menjalar ke organ lainnya dan dibutuhkan beberapa pemeriksaan awal.
Hampir setengah abad menjalani profesinya, Prof Paul yang gemar berbagi ilmu dan pengabdian untuk masyarakat menyadari tantangan profesi dokter kedepannya. “Perkembangan teknologi robotika hingga kecerdasan buatan akan menjadi tantangan tersendiri, sekarang semakin banyak operasi menggunakan robot. Maka kita harus siap dan terus memperkaya diri dengan ilmu yang terus berkembang,” pungkas Prof Paul. (Red/red1)