Merayakan Astronot Perempuan Pertama Asia

ilustrasi-untuk-artikel-Merayakan-Astronot-Wanita-Pertama-Asia-sumber-pxhere.com_.jpg

(UKWMS – 30/7/2024) Pratiwi Pujilestari Sudarmono, seorang ilmuwan dan pengajar yang terkenal sebagai astronot perempuan pertama di Asia. Beliau dilahirkan pada 31 Juli 1952 di Bandung, Jawa Barat. Pratiwi adalah anak pertama dari enam bersaudara dan sejak kecil telah menunjukkan ketertarikannya pada luar angkasa dan penjelajahan antariksa].

Pratiwi menempuh pendidikan di SD St. Joseph, SMP St. Angela, dan SMA Putri Tarakanita Jakarta. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan berhasil mendapatkan gelar Master pada tahun 1977. Pada tahun 1984, Pratiwi meraih gelar Doktor dalam bidang Biologi Molekuler dari Universitas Osaka, Jepang.

Prestasinya dalam bidang kedokteran tidak berhenti di situ. Pratiwi menjadi staf peneliti dan pengajar di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UI. Pada tahun 1985, ia terpilih sebagai salah satu dari 200 pelamar yang lolos seleksi untuk menjadi spesialis muatan dalam misi penerbangan Palapa-B-3 STS-61H yang dipimpin oleh NASA.

Misi ini sangat dinanti-nantikan karena Pratiwi akan menjadi astronot wanita pertama di Asia. Namun, misi ini akhirnya dibatalkan karena kecelakaan pesawat Challenger pada tahun 1986. Meskipun penerbangan batal, Pratiwi tetap dianggap sebagai astronot wanita pertama di Asia dan terus menekuni karirnya sebagai ilmuwan dan pengajar.

Terus Menginspirasi Sekalipun Tidak Lagi Jadi Astronot

Setelah kembali ke Indonesia, Pratiwi menjabat sebagai Ketua Departemen Mikrobiologi Fakultas Medis Universitas Indonesia dari tahun 1994 hingga 2000. Ia juga menjadi Guru Besar/Profesor Kehormatan Ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 2008. Selain itu, Pratiwi mengikuti Program Sarjana Fulbright New Century di Amerika Serikat pada tahun 2001-2002.

Pratiwi Sudarmono adalah contoh inspiratif bagi banyak orang, terutama perempuan, yang ingin mencapai kesuksesan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun misi ke luar angkasa gagal, namun prestasinya dalam bidang kedokteran dan pengajaran tetap menjadi warisan yang berharga bagi bangsa Indonesia.

Sebagai bagian dari civitas UKWMS, mari turut meneladani semangat Pratiwi dalam berkarya. Semoga prestasi yang dipupuk semenjak belajar di at sebagai kampus terbaik di Surabaya bisa terus berkembang hingga kancah internasional. (VW)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Para peserta CED 2025 berfoto bersama dalam kunjungannya ke Gereja Sakramen Mahakudus Pagesangan Surabaya (dok. CED 2025)

Kolaborasi Tiga Universitas dalam CED 2025

(UKWMS – 31/7/2025) – Memiliki nilai keutamaan Peduli, Komit, Antusias (PeKA), Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) senantiasa berkontribusi bagi masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan

Ragam Makna Kuliner Indonesia

(UKWMS – 30/7/2025) – Kekayaan ragam pangan di Indonesia begitu beragam. Hampir setiap daerah di Nusantara ini memiliki makanan khas dan bahan-bahan, yang mana mengandung

Zakaria Executive Chef Grand Mercure Surabaya Grand Mirama (tengah) sebagai narasumber Special Course Culinary Delicacy FTP UKWMS (dok. PKP UKWMS)

Beda Tangan Beda Rasa

(UKWMS – 24/7/2025) – Semasa liburan semester, Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan tetap ramai melalui program Special Course Culinary Delicacy milik Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik