(UKWMS-24/9/2016) “Sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) memang tugas kita mengabdi kepada negara. Memang tidak banyak keuntungan finansial yang kita dapatkan, tapi lebih dari itu, wawasan saya jadi bertambah, dan membuat kita semakin aware (sadar) terhadap segala hal,” tandas Bonifacius Riwi Wijayanto.
Mengemban tugas sebagai Kepala Bagian Perencanaan Pengembangan dan Pembinaan Pegawai Kementerian Luar Negeri, merupakan pilihan pribadi Bonifacius Riwi Wijayanto untuk bekerja di sektor publik. Pria yang akrab di sapa sebagai mas Boni ini adalah salah satu alumnus S-1 Fakultas Bisnis (kala itu disebut Fakultas Ekonomi) Jurusan Manajemen angkatan 1994 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) yang berhasil bekerja di sektor publik meski sebelumnya mengawali bekerja di sektor swasta.
Ia menerangkan, bahwa menjadi aparatur negara tidaklah mudah, banyak hal telah diatur dan ditetapkan dalam undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Negara seperti mengatur bagaimana mengelola Sumber Daya Manusia (SDM). “Mau jadi CPNS aja susah, keluar pun susah karena harus mengajukan ijin dulu ke menteri. Nikah dan ceraipun sampai diatur lho, kalo ga dikasih ijin ga boleh cerai,” ujarnya seraya tertawa kecil bersama dosen dan mahasiswa. Selain itu untuk bisa bergabung dengan Kementerian Luar Negeri, harus melewati beberapa tahap yang dimulai dari pendaftaran online (dalam jaringan) hingga tes kejiwaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Kehadirannya di ruang A301 pada Kamis (15/9), selain membuka wawasan mengenai peluang berkarir di sektor publik kepada mahasiswa, sekaligus menjadi ajang bernostalgia dengan para dosen selama duduk di bangku perkuliahan. Sambil mengingat masa kuliahnya dulu, ia menuturkan “ketika S-1 saya lebih banyak ngurusi organisasi, daripada perkuliahan. Mungkin memang yang saya lakukan itu salah, tapi pelajaran berharga yang saya dapat di ormawa (organisasi mahasiswa) itu bahwa kita disini ditempa leadership (kepemimpinan) kita, kemampuan kita, mempraktekkan apa yang kita pelajari di kampus, ketika kita bekerja itu akan jadi salah satu yang membantu kita memecahkan masalah di dunia kerja, itulah yang mendewasakan saya,” ujar Boni yang pernah menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen.
Kini berbagai belahan dunia telah Ia singgahi, antara lain Kanada, Jepang, Spanyol, dan Italia. Hingga tahun 2009 sampai 2013 silam Ia ditempatkan untuk pertama kalinya menjadi perwakilan Indonesia di Vatikan. Banyak pengalaman pun telah didapatnya, kesempatan mengunjungi berbagai negara, bertemu dengan orang dari berbagai bangsa, suku, budaya yang berbeda-beda, bekerja dengan dinamika yang variatif, banyak belajar beragam bahasa, hingga kelahiran anak keduanya di Italia. Semua itu didapatkannya sebagai hak khusus menjadi aparatur negara yang bekerja di bidang kementrian luar negeri, selain menjalankan tugas dan fungsi utamanya yakni menjaga NKRI di wilayah perwakilan.
Sambil menunggu penempatan keduanya, Ia menyarankan kepada mahasiswa “jangan pernah berhenti baca, belajar hal baru seperti literasi komputer, yang penting itu adalah pelajari dulu dimanapun organisasinya seperti apa, kerjaannya seperti apa, jadi ketika kita masuk kita tahu apa yang harus kita kerjakan. Salah itu gapapa, jangan takut salah. Salah boleh ketika tahap belajar, tapi ketika kita sudah berada di titik tertinggi jangan lakukan kesalahan,” tegas Bonifacius. (epb/Red)