(UKWMS-2/9/2019) – Tanpa disadari, manusia dan kehidupannya saat ini berada di pusaran revolusi industri gelombang ke-4 atau Revolusi Industri 4.0. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, dan batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya. Integrasi tersebut dimoderasi oleh teknologi informasi dan komunikasi. Bagi sektor industri nasional, revolusi industri 4.0 memberi peluang percepatan penguasaan teknologi sebagai kunci penentu daya saing nasional. Penopang percepatan penguasaan teknologi akan menopang pembangunan sistem di era Industri 4.0 yaitu internet of things, artificial intelligence, human-machine interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D.
Revolusi Industri 4.0 menjadi berbeda dengan sebelumnya lewat mekanisme penggunaan mesin dan sarana teknologi, yaitu bahwa inovasi di era Revolusi Industri 4.0 dikembangkan dan menyebar lebih cepat lewat berbagai terobosan baru. Potensi memberdayakan individu dan masyarakat terbuka lebar melalui penciptaan peluang baru ekonomi dan sosial. Akan tetapi di sisi lain, Revolusi Industri 4.0 berpotensi menyebabkan marginalisasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki kesiapan bersaing secara individu karena adanya otomatisasi dalam beberapa hal. Kondisi ini dapat memperburuk kepentingan sosial dengan munculnya kesenjangan sosial, menciptakan risiko keamanan dan merusak hubungan antar manusia.
Melihat hal ini, Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FB UKWMS) dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-54, memberikan wadah untuk berdiskusi dan berdialog melalui Simposium Nasional dengan tema “Inovasi dan Teknoekonomi: Membangun Ekonomi Berkeadilan”. “Forum ini bertujuan untuk mendiseminasikan gagasan dan kesiapan Indonesia menghadapi Revolusi Industri 4.0; mendiskusikan peluang dan tantangan bagi masyarakat; serta mendiskusikan potensi rekomendasi bagi perguruan tinggi, pemerintah dan komunitas di Indonesia dalam merumuskan kebijakan kurikulum, industri dan teknologi,” ucap Dr. Herlina Yoka Roida, SE., M.Com., Ph.D., dosen FB UKWMS sekaligus Ketua Pelaksana acara.
Dihadiri sekitar 150 peserta dari berbagai bidang, baik akademisi, komunitas hingga pemerintahan, simposium ini menghadirkan dua narasumber berpengalaman yakni Rm. Fredy Rante Taruk, Pr., selaku Direktur Caritas Indonesia dan Teddy Tri Tjahyono yang merupakan Sekretaris Jendral Inovator 4.0 Indonesia. “Banyak dari kita yang belum sepenuhnya memahami ekonomi digital yang tumbuh di sekitar kita. Maka, penting bagi kita untuk memahami kondisi Indonesia saat ini. Dan ekonomi digital diperkirakan terus bertumbuh dengan pesat,” ungkap Dr. Lodovicus Lasdi, MM., Ak., CA., CPA., Dekan FB UKWMS dalam sambutannya.
Teddy menyampaikan bahwa kondisi saat ini, regulasi kalah cepat dengan praktik di lapangan. “Regulasi sekarang tergopoh-gopoh menghadapi era disrupsi, padahal penting adanya regulasi atau kebijakan yang mengatur. Pada era sekarang, permainannya lebih baik minta maaf dari pada minta izin,” jelasnya. Menanggapi akan kondisi ini, Budiman Sudjatmiko Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia melalui panggilan video menyampaikan, “Melalui inovator 4.0 sebuah inisiatif yang kami lakukan untuk menyiapkan orang-orang Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri; sedang menempuh studi atau bekerja, untuk memberikan kesadaran agar menjadi bagian yang menjemput masa depan Indonesia yang lebih baik, “ terangnya.
Senada dengan yang disampaikan Teddy dan Budiman, Romo Fredy mewakili komunitas sekaligus penerima penghargaan sebagai Tokoh Koperasi Penggerak Komunitas memaparkan, “Kalau ditanya ekonomi berkeadilan itu yang bagaimana, saya akan jawab dengan koperasi, karena koperasi sebagai tempat untuk kesejahteraan bersama, mengembangkan diri. Koperasi pun harus dilindungi oleh regulasi, sistem tata kelola sumber daya manusia dan jaringan pendukung yang baik. Dan penting untuk menarik orang muda terlibat dalam koperasi ini,” tegas Romo kelahiran Toraja ini.