(UKWMS – 12/9/2024) – Kolaborasi apik dihadirkan oleh Edinburgh Napier University (ENU) bersama Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Bekerja sama dengan Equate Scotland, proyek ini menerima pendanaan dari British Council’s Gender Equality Partnership, dan Kedai Reka Matching Fund.
Dimotori oleh Prof. Nathalia Tjandra, Ph.D., dari ENU dan Prof. Anita Lie, Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKWMS. Kolaborasi ini menghasilkan lokakarya Pemberdayaan Perempuan dalam STEM. Bidang STEM sendiri terdiri dari Science, Technology, Engineering, dan Mathematics.
Tak main-main, lokakarya digelar selama dua hari, pada Selasa-Rabu (10-11/9) di Auditorium UKWMS Kampus Kalijudan. Hari pertama, lokakarya diikuti puluhan Guru Bimbingan dan Konseling, Guru Penasihat Akademik, dan Guru Pendamping Karir.
Topik yang disampaikan diantaranya Peran Guru MIPA, Penasihat Akademik, Konselor studi dalam Keberhasilan Peserta Didik. Para perempuan hebat dalam bidang STEM pun dihadirkan. Diantaranya, Prof Anita Lie, Prof Felycia Edy Guru Besar Fakultas Teknik UKWMS, Prof Nathalia Tjandra dari ENU, dan Yuyun Ismawati, M.Sc., pendiri Nexus3Foundation.
“Kegiatan ini menjadi salah satu dukungan, untuk ikut ambil bagian dalam upaya peran kaum wanita untuk pembangunan bangsa, khususnya di bidang STEM. Walaupun tantangan di dunia STEM juga mengalami dinamikanya. Maka peran para guru yang harus mendukung siswa kita untuk berkembang di bidang STEM,” terang Dr. Lanny Hartanti, S.Si., M.Si., Wakil Rektor III UKWMS dalam sambutannya.
Melalui Widya Indonesia, kegiatan ini harapannya menjadi media untuk menjalin relasi dalam mendukung kaum muda, khususnya perempuan. “Widya berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya perempuan. Namun juga punya arti pendidikan. Tujuannya, bersama-sama dengan kami agar para siswa terus menekuni bidang ini. Apapun bidang ilmu panggilan kita, tekuni dengan baik untuk dunia yang lebih baik,” papar Prof. Anita.
Narasumber pertama hari Yuyun Ismawati, seorang aktivis lingkungan dengan membawakan topik Tantangan dan Peluang di Bidang STEM. “Krisis planet kita saat ini ada tiga yakni, pencemaran bahan kimia, perubahan iklim, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Umumnya disebut sebagai Triple Planetarium Crisis. Melihat hal ini, peluang di bidang STEM masih banyak, tetapi faktor pendukungnya memiliki peranan penting,” ungkap Yuyun.
Faktor pendukung tersebut seperti keluarga, teman dan tetangga, sekolah, ekskul – dorong siswa ikut, kepercayaan diri, kompetisi, dan paling penting integritas. Artinya, para siswa harus siap dari sekarang, memupuk rasa ingin tahu, jangan berhenti belajar, disiplin diri, hidup sehat mental dan fisik, asah empati, hingga peduli diri.
Salah satu narasumber dengan kontribusi nyata pun turut hadir secara daring. Sosok tersebut adalah Prof. (H.C.UA). Dr. Carina Citra Dewi Joe, B.Sc., M.Sc., Ph.D. Tak main-main, Carina menjadi satu-satunya perempuan Indonesi yang mengembangkan vaksin Covid-19, AstraZeneca.
Ketangguhan dan Strategi Mengatasi Hambatan dalam Studi dan Karir STEM
Berlanjut materi kedua, hadir Prof Nathalia, menyampaikan materi Bias Bawah Sadar. “Kita sebagai pendidik punya tanggung jawab untuk sadar, karena bias ini bisa berpengaruh terhadap arahan yang kita sampaikan dan cara kita bereaksi. Bahkan dampaknya bisa beragam, baik di tempat kerja, kehidupan sehari-hari, dan kehidupan di Masyarakat,” jelas Prof Nathalia.
Berbeda dengan lokakarya hari kedua, tema yang diusung adalah Ketangguhan dan Strategi Mengatasi Hambatan dalam Studi dan Karir STEM. Pada kesempatan ini, para siswa dan mahasiswa turut dilibatkan dalam lokakarya. Pembicara pertama yakni Prof. Felycia yang menceritakan awal mula berkecimpung dalam bidang STEM.
“Jangan takut untuk sekolah tinggi atau menggapai mimpi. Kecintaan menganalisis dan keresahan melihat sungai di dekat rumah ketika kecil, mengantarkan saya menekuni bidang STEM,” ungkap Prof. Felycia.
Tak ketinggalan, Prof Nathalia menyampaikan materi mengenai Sindrom Ketidaklayakan. Yakni, keraguan diri terhadap kecerdasan, keterampilan, atau prestasi di antara individu. Sehingga rasa percaya diri sangat dibutuhkan.
Setelah dibekali materi di hari pertama, para Guru mempraktikkannya kepada para siswa di hari kedua. Melalui pendampingan para fasilitator, para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk berdinamika. Harapannya, materi yang sudah didapat bisa diaplikasikan dan mendukung perempuan berdaya dalam bidang STEM. (Red)