Di tengah fluktuasi harga dan tantangan bertani, sejumlah pemuda Desa Kucur berupaya mengubah nasib melalui budidaya kopi.
(UKWMS – 23/09/2024) – Aroma seduhan kopi menguar di sejuk udara pagi Desa Kucur. Di lereng Gunung Kawi yang subur, para petani di kawasan ini turun menurun menanam kopi. Namun belakangan hasil panen kerap tak sebanding dengan kerja keras yang dicurahkan. Harga biji kopi yang fluktuatif dan rendahnya produktivitas membuat banyak petani kecil kesulitan.
Di tengah tantangan tersebut, sekelompok pemuda desa melihat secercah asa. Mereka adalah Nur Ali, Syahrul, Sholeh, Suliantono, Windi, Fatul, Reny, dan Didik, yang pada awal 2019 mendirikan kelompok tani Republik Tani Mandiri (RTM). Mereka bertekad mengembangkan potensi kopi di desa mereka. Menggeliatnya perekonomian Malang Raya oleh sektor wisata dan pendidikan, mendorong lahirnya ratusan kedai kopi dan kebangkitan agroindustri kopi di kawasan ini.
“Kami melihat potensi besar dalam kopi, terutama dengan meningkatnya permintaan pasar akan produk kopi berkualitas,” ujar Nur Ali, ketua RTM. “Kami ingin menjadikan kopi sebagai sumber penghasilan berkelanjutan bagi petani di desa kami.”
Namun, perjalanan mereka tidaklah mudah. Para petani di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, terbiasa mengolah kopi dengan cara tradisional, dengan kualitas biji kopi yang belum optimal. Mereka belum menerapkan teknik-teknik pengolahan pasca-panen yang modern, guna meningkatkan mutu dan nilai jual kopi.
Di sinilah kolaborasi dengan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) dimulai. Melalui program pengabdian masyarakat yang didukung oleh dana hibah PKM DIKTI 2024, tim dosen dan mahasiswa UKWMS memberikan pelatihan kepada para petani RTM untuk mengembangkan produk kopi single origin yang bernilai tinggi. Tim dosen diketuai oleh Dr. Wahyudi Wibowo (Fakultas Bisnis UKWMS) dan beranggotakan Ir. Tarsisius Dwi Wibawa Budianta, MP., IPM. dan Pak Ir. Thomas Indarto Putut Suseno, MP., IPM (Fakultas Teknologi Pertanian UKWMS). Lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian: Brigita Rambu Skalastika, Angelica Andriani, Stefanie Lorily Andreas, Agnes Caroline Banua, dan Keiko Zefanya Juanda, turut bergabung dalam tim ini.
Dimulai dengan pertemuan di awal Mei 2024, program ini kemudian berlangsung intensif. Sarasehan dan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 6-7 Juli 2024. Dalam dua kegiatan tersebut, petani RTM belajar langsung tentang berbagai metode pengolahan biji kopi, seperti teknik full wash, honey wash, dan natural. Mereka juga diajarkan tentang pentingnya standarisasi proses untuk menghasilkan biji kopi berkualitas premium. Pada kesempatan itu diserahkan bantuan peralatan pasca-panen dan rumah jemur.
Pendampingan berlanjut pada tanggal 18 Agustus 2024, dimana tim pengabdian masyarakat UKWMS membantu petani RTM memahami lebih dalam penerapan teknik-teknik sortasi, fermentasi, pengeringan, penyimpanan yang telah dipelajari. Bimbingan praktis diberikan untuk memastikan setiap langkah pengolahan dilakukan dengan benar.
Biji kopi yang dihasilkan dari pelatihan kemudian dikirim ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), Jember, untuk mendapatkan uji mutu dan uji cita rasa. Hasilnya sungguh menggembirakan! Biji kopi petani RTM kini memiliki kualitas yang jauh lebih baik, bahkan mencapai Grade 1 dengan skor rata-rata di atas 80, atau termasuk kategori specialty coffee. Rasa kopi yang dihasilkan pun semakin kaya dan unik, dengan cita rasa seperti brown sugar, honey, nutty, spicy, dan fruity.
“Kami sangat bersyukur atas pelatihan dan pendampingan ini,” ungkap Pak Padi, salah satu petani kopi RTM. “Sekarang kami bisa menghasilkan kopi yang lebih baik dan mendapatkan harga yang lebih tinggi. Ini memberikan harapan baru bagi keluarga kami.”
Kisah para petani kopi di Desa Kucur adalah bukti bahwa dengan semangat, kerja keras, dan kolaborasi yang tepat, perubahan positif dapat terwujud. Kini, secangkir kopi dari lereng Gunung Kawi tidak hanya menawarkan kenikmatan rasa, tetapi juga membawa cerita tentang petani Desa Kucur yang berhasil mengubah tantangan menjadi peluang, mimpi menjadi kenyataan.
“Kami berharap kopi kami semakin dikenal dan dihargai,” ujar Nur Ali dengan penuh semangat. “Kami ingin menunjukkan bahwa kopi dari desa kami memiliki kualitas dan cita rasa terbaik.”
Di balik setiap tegukan kopi nikmat dari Desa Kucur, terdapat kisah perjuangan para petani dalam meraih asa, secangkir demi secangkir. (WW/Red1)