Edible Spoon, Solusi Makan Ramah Lingkungan

(UKWMS-16/9/2019) Penelitian terbaru oleh University of Georgia menyatakan bahwa di seluruh dunia terdapat 275 juta ton sampah plastik. Dari jumlah tersebut, sekitar 12,7 juta ton mencemari laut. Begitu pula dengan Indonesia yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik dan tidak dikelola dengan baik. Di antara sampah-sampah tersebut, sering dijumpai jenis plastik yang biasa digunakan sehari-hari. Sendok plastik salah satunya. Sendok ini dengan mudah dijumpai dan digunakan karena praktis. Tanpa disadari, sendok plastik ini telah mencemari lingkungan.

Hal inilah yang kemudian mendorong Sofianna Margareth Sulaiman untuk berinovasi dan dituangkan dalam tugas akhirnya. Inovasi wisudawan yang akrab disapa Sofi ini berupa edible spoon. Dengan kata lain, sendok karyanya ini dapat dikonsumsi dan menjadi solusi permasalahan sampah plastik yang ada. Dara alumni SMA Cita Hati West Campus ini memaparkan bahwa bahan yang digunakan sangat mudah didapat. Cukup berbekal pati kentang dengan maizena yang berperan sebagai pengikat, Sofi membuat sebuah edible spoon yang bermanfaat bagi lingkungan.

“Untuk membuat sendok dibutuhkan waktu kurang lebih dua jam sampai jadi. Mulai dari pencampuran bahan, pengulenan, pencetakan hingga pengovenan dan jadilah edible spoon tersebut,” jelas Wisudawan Akademik Terbaik dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FTP UKWMS).

Karena menggunakan bahan yang juga bisa dimakan, sendok ini hanya bisa untuk sekali pakai. Sofi menambahkan pula, jika sendok tersebut tidak ingin dikonsumsi setelah dipakai, maka dibuang pun tidak masalah. “Intinya, sendok ini tidak akan mencemarkan lingkungan sama sekali. Beda dengan sendok plastik sekali pakai,” papar perempuan asli Surabaya ini.

Sofi mengaku ada keinginan untuk mengkomersilkan inovasinya, ini namun perlu penyempurnaan lagi. Kontribusi dan kesadaran masyarakat juga diperlukan. Menurutnya, apabila masyarakat telah sadar betul bahwa pemakaian sendok plastik bisa membahayakan lingkungan maka edible spoon­ buatannya akan dengan mudah dipasarkan.

Saat ini, Sofi telah menghasilkan edible spoon dengan daya tahan satu jam untuk mengkonsumsi makanan yang tidak berkuah dan es krim. Jika digunakan untuk makanan seperti sup panas, edible spoon-nya bisa bertahan 10 menit. Oleh karena itu, Sofi juga akan terus melakukan perkembangan lagi, terutama mencari bahan utama agar edible spoon buatannya dapat tahan lebih lama.

Selama menempuh studi di FTP UKWMS, Sofi mengaku sangat senang karena mendapatkan pengalaman baru. Terlebih saat dia menyelesaikan tugas-tugas, wisudawan kelahiran 1997 ini merasa banyak tugas yang dihasilkannya sangat berguna bagi lingkungan dan masyarakat. Ia pun berharap dengan adanya edible spoon ini, maka permasalahan pelik mengenai sampah plastik di Indonesia perlahan-lahan dapat segera teratasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ilustrasi-Artikel-Hari-Bumi-Pentingnya-Jaga-Lingkungan-Hidup_Sumber-Picril.jpg

Pentingnya Jaga Lingkungan Hidup

(UKWMS – 22/04/2024) Hari Bumi adalah hari pengingat yang diperingati setiap tahun pada tanggal 22 April. Ini adalah hari untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat

Ilustrasi-artikel-Perempuan-butuh-tidur-berkualitas_pexels-kha-ruxury

Perempuan Butuh Tidur Berkualitas

(UKWMS – 19/04/2024) Suatu penelitian yang dilakukan oleh National Library of Medicine mengungkap fakta mengejutkan tentang kebutuhan tidur perempuan. Rupanya perempuan 40% lebih rentan mengalami

Ilustrasi-untuk-artikel-Sadari-Kondisi-dan-Penyakit-Pendarahan_-sumber_pexels-karolina-grabowska

Hari Hemofilia Sedunia

(UKWMS – 17/04/2024) Hari Hemofilia Sedunia adalah peringatan internasional yang diperingati setiap tanggal 17 April. Peringatan ini diprakarsai oleh Federasi Hemofilia Sedunia (WFH) pada tahun