Tak Perlu Dipotong, Cukup Dililit

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Kita harus bangga berkain Indonesia. Ungkapan itu terus ditekankan oleh Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI). Kompak memakai seragam atasan berwarna merah muda dan bawahan kain beragam gaya, para perempuan dari KCBI hadir menghidupkan ruangan A201 Kampus Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) di Dinoyo. Siang itu mereka berkesempatan hadir dalam rangka KCBI Goes to Campus.

Para mahasiswi Fakultas Vokasi UKWMS pun begitu antusias mengikuti acara siang itu. Bagaimana tidak, mereka bahkan sudah membawa kain untuk bisa dipraktekkan langsung dengan belajar dari ahlinya. “Ada berbagai macam jenis kain, ada kain batik, tenun, songket, jumputan dan masih banyak lagi. Mungkin kita tidak banyak tahu bahwa ternyata kain-kain nusantara itu tidak perlu dipotong, melainkan cukup dililit saja. Karena hal itu (memotong kain) rupanya menyayat hati kita. Dan diharapkan melalui kegiatan ini, kita bisa bangga berkain Indonesia,” tutur Benedicta D. Muljani, S.Sos. M. AB., Dekan Fakultas Vokasi UKWMS saat menyampaikan sambutan.

Senada dengan pernyataan Bene-sapaan akrab Benedicta, KCBI sepakat agar jangan sampai budaya kita malah diakui Negara tetangga. “Kita harus mempertahankan budaya kita, budaya keseharian. Memakai kain itu tidak ribet, tidak harus meriah seperti pergi ke pesta, bisa menyesuaikan dan bisa dipadukan dengan berbagai macam model pakaian. Bahkan dalam waktu tidak sampai lima menit juga sudah bisa memakai kain, rapi dan tetap bisa beraktifitas seperti biasa,” jelas Windrati Wiworo selaku Ketua KCBI Surabaya.

Selain memaparkan materi, KCBI Surabaya turut mempraktekkan kepada para mahasiswa cara memakai kain salah satunya model Alibaba. Untuk model ini, sisi lebar kain cukup diikatkan ke belakang, lalu kain panjang dilewatkan melalui kedua kaki dan diikat di depan. Tidak butuh waktu lama, cukup lima menit sudah selesai. Walaupun mirip seperti celana, namun penggunaan dengan model ini juga bisa dipakai ke pesta maupun acara-acara lainnya.

Dari sekian banyak kain tentu memiliki beragam nama dan filosofi seperti Sido Asih, Satrio Manah, Babon dan masih banyak lagi. Noorlailie Soewarno membagikannya melalui materi Batik Tanda Cinta. “Seperti kain batik Sido Asih yang berarti perlambang kehidupan manusia yang penuh kasih sayang, sedangkan Satrio Manah yang digunakan pria untuk melamar kekasih atau pujaan

hatinya. Namun perlu diingat, dalam memakai kain yang memiliki motif burung, kupu-kupu, atau bunga jangan sampai njungkel (jatuh ke bawah), jadi harus tetap tegak ke atas,” jelas Noorlailie. KCBI Surabaya juga berpesan agar dalam memakai batik, hindari menggunakan peniti karena akan merobek kain. Sehingga dalam penggunaanya bisa memanfaatkan tali yang berbahan kain atau sabuk elastis.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_gallery interval=”3″ images=”8934,8932,8930,8928,8926,8924″ img_size=”1000×900″][/vc_column][/vc_row]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mahasiswa-Fakultas-Teknik-Universitas-Katolik-Widya-Mandala-mengoperasikan-robot-yang-telah-diprogram-melalui-sistem-pengcodingan

UKWMS Luncurkan Program Studi Informatika

(UKWMS – 19/03/2024) Informatika adalah bidang ilmu yang sedang tren terlebih setelah terjadinya pandemi COVID-19. Melihat hal ini, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) memutuskan