Kebijakan Negara dan Dampak Psikologisnya

Kebijakan-Negara-dan-Dampak-Psikologisnya_Ilustrasi-tentang-Kesetaraan_sumber-flickr.jpg

(UKWMS – 26/08/2024) Kebijakan negara yang tidak berkeadilan dan melanggar peraturan dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada masyarakat. Dampak ini tidak hanya terbatas pada individu yang secara langsung terkena. Efek yang sama juga dapat mempengaruhi keseluruhan komunitas.

Salah satu contoh yang relevan adalah dampak pandemi Covid-19. Strategi penanganan pandemi seperti karantina dapat memiliki efek negatif pada kesehatan mental masyarakat. Antara lain seperti gejala stres pascatrauma, depresi, dan insomnia. Penelitian menunjukkan bahwa strategi penanganan darurat yang tidak berkeadilan dan melanggar peraturan dapat memperburuk kondisi mental masyarakat.

Selain itu, kehilangan pekerjaan dan kesulitan finansial selama penurunan ekonomi global juga terkait dengan penurunan kesehatan mental yang berkepanjangan. Sejarah telah menunjukkan bahwa bencana dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan mental. Ini seperti yang terjadi setelah wabah SARS pada tahun 2003 yang terkait dengan peningkatan kasus bunuh diri.

Dampak Psikologis pada Masyarakat Akibat Kebijakan Negara yang Tidak Berkeadilan dan Melanggar Peraturan

Dalam konteks yang lebih luas, kebijakan negara yang tidak berkeadilan dan melanggar peraturan dapat mempengaruhi kesetaraan gender. Perempuan disabilitas, misalnya, sering kali mengalami marjinalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam ilmu pengetahuan dan kebijakan. Kekerasan seksual terhadap perempuan disabilitas dapat menjadi hambatan yang signifikan dalam menyelesaikan kasusnya. Maka dari itu perlu penanganan yang tepat dari aparat hukum yang memahami disabilitas.

Dalam rangka memperbaiki kebijakan negara, penting untuk memperhatikan aspek perubahan sosial dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Perubahan sosial yang tidak berkeadilan dapat mempengaruhi identitas nasional dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembaharuan pendidikan yang terencana dan berkesinambungan. Ini penting untuk mengembangkan potensi diri masyarakat agar menjadi manusia yang memanusiakan sesamanya. Dalam artian beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan demokratis.

Dalam kesimpulan, kebijakan negara yang tidak berkeadilan dan melanggar peraturan dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan aspek kesehatan mental, kesetaraan gender, dan perubahan sosial dalam proses pembuatan kebijakan. Dengan demikian, masyarakat dapat hidup dalam lingkungan yang lebih adil dan seimbang.

UKWMS yang termasuk dalam jajaran universitas terbaik sangat peduli akan hal ini. Tidak hanya dalam hal tatanan kelola pembelajaran akademik, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Keterbatasan adalah bagian tak terelakkan dalam menjadi manusia. Pada sisi lain, lewat sistem pendidikan dan pembiasaan moralitas yang baiklah, diharapkan generasi pemimpin yang bertanggung jawab dapat terus berkarya. (VW) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prof Anita Lie Guru Besar FKIP UKWMS dalam Lokakarya Women in STEM

Pemberdayaan Perempuan dalam STEM

(UKWMS – 12/9/2024) – Kolaborasi apik dihadirkan oleh Edinburgh Napier University (ENU) bersama Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Bekerja sama dengan Equate Scotland, proyek

Bersama Cegah Bunuh Diri

Bersama Cegah Bunuh Diri

(UKWMS – 11/09/2024) Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia (World Suicide Prevention Day, WSPD) adalah hari peringatan yang diadakan setiap tahun pada tanggal 10 September. Acara