(UKWMS – 22/11/2025) – Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) membuka secara resmi “The 4th APTIK International Conference (AIC)”. Acara berlangsung selama dua hari mulai Jumat – Sabtu (21-22/11). AIC diselenggarakan di Widya Mandala Hall, Kampus Pakuwon City Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).
Konferensi ini terselenggara atas kolaborasi tiga perguruan tinggi anggota APTIK di Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC), dan STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo (STIKVINC).
Hadir pula dalam kesempatan ini, Koordinator Jaringan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat APTIK (JLPMA) Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K) dan Wakil Koordinator JLPMA Prof. Dr. Henky Muljana, S.T., M.Eng. Bersama dengan para Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) perguruan tinggi anggota APTIK.
Tema yang diusung pun krusial: “Bridging the Gap: Innovations for Poverty Alleviation and Environmental Sustainability”. Kegiatan ini lahir dari kesadaran akan kesalingterkaitan antara problem kemiskinan dan kelestarian lingkungan, yang menjadi isu global dan semakin mendesak.
Krisis ini diperparah pasca-pandemi COVID-19, dimana upaya pemulihan ekonomi seringkali mengabaikan dampak lingkungan, menempatkan masyarakat miskin di posisi paling rentan.
“Konferensi ini bertujuan menjadi wadah dialog ilmiah lintas disiplin untuk merancang solusi-solusi transformatif. Inovasi dalam bentuk teknologi tepat guna, model ekonomi hijau, maupun kebijakan publik yang inklusif. Hal ini diyakini menjadi kunci untuk menjembatani kesenjangan antara agenda sosial dan ekologis,” ujar Dr. Wahyudi Wibowo sebagai Chairman AIC.

Wujud Komitmen Perguruan Tinggi Katolik untuk SDGs
Tentunya melalui kegiatan ini, tidak hanya sekedar menjadi wadah dialog. Namun juga bisa menjadi media untuk memacu semangat setiap individu, dalam mengatasi kemiskinan dan isu lingkungan.
“Kami berharap inovasi yang dihasilkan dari sivitas akademika dapat menjadi motor penggerak menuju model pembangunan sinergis. Sehingga model yang dirancang mampu mengangkat masyarakat keluar dari kemiskinan, tanpa harus mengorbankan keberlanjutan kehidupan di bumi bagi generasi mendatang,” jelas apt. Sumi Wijaya Ph.D., selaku Rektor UKWMS dalam sambutannya.
APTIK menegaskan bahwa konferensi ini adalah wujud komitmen perguruan tinggi Katolik terhadap agenda global Sustainable Development Goals (SDGs), Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045, serta semangat Laudato Si’.
“Dengan mendorong kolaborasi lintas disiplin, APTIK membantu mencari solusi permasalahan kemiskinan dan lingkungan yang inovatif,” tutur Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K)., selaku perwakilan APTIK.
Konferensi ini menghadirkan empat pembicara utama internasional yang ahli di bidangnya. Mereka adalah Prof. Ir. Suryadi Ismadji, Ph.D. (UKWMS), Prof. Jhy Chern-Liu, Ph.D (National Taiwan University of Science and Technology, Taiwan), Dr. Jovi C. Dacanay (University of Asia and the Pacific, Filipina), dan Prof. Dr. Lim Tong Ming (Tunku Abdul Rahman University of Management and Technology, Malaysia).
Peserta konferensi terdiri dari peneliti, dosen dan mahasiswa dari 26 perguruan tinggi yang tergabung dalam APTIK. Serta kampus-kampus anggota Association of Southeast and East Asian Catholic Colleges and Universities (ASEACCU).
Diharapkan, hasil diskusi dan temuan riset dari konferensi ini dapat segera ditindaklanjuti, menjadi program-program kolaborasi yang berdampak bagi pengentasan kemiskinan dan pelestarian lingkungan di Indonesia. (Wahyudi Wibowo/Red)





