[vc_row][vc_column][vc_column_text]
(UKWMS 28/11/2018) Seiring berjalannya waktu, dunia bisnis berkembang amat pesat, hampir semua orang yang ingin memiliki usaha dapat dengan mudah membuka usaha melalui media digital. Bisnis mengalami transformasi yang cukup besar, bukan hanya perubahan dari bentuk offline ke online saja, melainkan hingga ke cara menganalisa apa yang memudahkan konsumen dan membuatnya nyaman dalam melakukan kegiatan bisnis. Tujuan utama dari digital bisnis ialah untuk membuka peluang yang sangat besar bagi pelaku usaha untuk semakin inovatif dan kreatif dalam menggunakan sumber daya teknologi yang terus menerus berkembang setiap waktu. Banyak perusahaan yang bertransformasi ke digital bisnis, namun banyak yang mengalami kegagalan, karena mereka hanya mengubah sistem bisnis tanpa memperhatikan hal lainnya yang menjadi bagian penting dalam transformasi digital bisnis.
Menanggapi hal ini, maka Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FB UKWMS) mengambil langkah awal untuk mempersiapkan mahasiswanya dengan berbagai pengetahuan tentang pengelolaan bisnis secara digital. Hari ini FB mengundang Johnny Widodo selaku Direktur OVO untuk berbagi pengalaman mengelola aplikasi teknologi finansial (fintech) tersebut kepada mahasiswa secara langsung. “Untuk beradaptasi dengan era digital, OVO sebagai platform pembayaran digital juga membantu UMKM sebagai salah satu salah satu roda penggerak ekonomi. Sebagai bagian dari strategi untuk mempermudah masyarakat dalam bertransaksi non tunai, OVO telah bermitra dengan beberapa perusahaan terkemuka di Indonesia dan sudah tersedia di 212 kota dan 350.000 gerai,” ujar Johnny.
Ia mengungkap bahwa banyak yang memandang UMKM sebelah mata karena ada anggapan bahwa kebanyakan usaha kecil akan tetap kecil bahkan setelah bertahun-tahun. Padahal proyeksi tahun 2018 di Indonesia ada sekitar 60 juta UKM yang diperkirakan menghasilkan 1000 Trilyun Rupiah yang termasuk dalam 60% PDB dan pemanfaatan 97% tenaga kerja . Bahkan jika dibandingkan dengan Thailand, ada jauh lebih banyak UMKM di Indonesia. “Namun sayangnya UMKM kita melayani pelanggan yang jauh lebih sedikit. Lalu kenapa bisa begitu tidak efisien?” demikian pancing Johnny kepada mahasiswa peserta kuliah tamu. Lebih lanjut ia paparkan bahwa kenyataannya produktivitas UKM hanya 4 % jika dibandingkan bisnis-bisnis besar. Padahal angka itu jika dilipatgandakan akan bisa meningkatkan GDP hingga 20%. “Sebenarnya digitalisasi bisa membantu menangani hal ini, fintech seharusnya bisa membantu perekonomian Indonesia,” tandasnya.
Oleh sebab itu pada dasarnya pengelola fintech memiliki tugas untuk memastikan agar mereka yang semula transaksi keuangannya belum tercatat menjadi tercatat secara digital. Hal ini menurut Johnny bukan hal yang mudah karena mengharuskan mengubah kebiasaan transaksi masyarakat dari yang serba tunai menjadi non tunai. Ia juga mengatakan bahwa meskipun OVO dalam waktu 14 bulan bisa menjadi platform fintech terbesar di Indonesia dan mengalahkan pesaingnya yang sudah tujuh tahun berada di pasar, bukan berarti itu sesuatu yang hebat. “Pengguna fintech dengan kebiasaan cashless saat ini masih di bawah 10% dari pelaku perekonomian Indonesia, artinya 90% sisanya masih lebih suka menggunakan cash, itulah yang harus kita ubah jika kita ingin mengejar negara-negara lain yang sudah lebih dulu berkembang,” ujarnya.
Johnny kemudian membeberkan, kekuatan sebenarnya dari fintech adalah karena bisa ‘mengenal secara personal’ penggunanya. Ada banyak data yang bisa ditarik dari catatan transaksi keuangan dan data inilah yang sebenarnya memiliki nilai yang tak terbatas. Menurutnya kunci keberhasilan bisnis digital ada banyak, mulai dari melakukan kolaborasi dengan mereka yang terbaik dan terbesar di bidangnya, lalu menyusun strategi untuk menghadapi disrupsi marketing, hingga menciptakan sistem yang membuat konsumen selalu ingat bisnis kita. “Saat kelak kalian menjadi pengusaha, maka jaga diri kalian agar tidak egois. Kolaborasi itu penting, jika kalian merasa paling hebat dan tidak mau berbagi dengan yang lain, kalian tidak akan mampu bertahan,” pesannya kepada ratusan mahasiswa peserta kuliah tamu.
Usai kuliah tamu diadakan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding– Nota Kesepahaman) antara FB UKWMS dengan OVO. Kerjasama tersebut akan dilaksanakan dalam bidang akademik dalam bentuk mentoring, coaching, magang. “Selain itu kita juga berkomitmen untuk membuat cashless society (komunitas non tunai) di lingkungan FB sendiri maupun UMKM binaan, semoga hal ini akan membawa manfaat bagi masyarakat luas,” ujar Marliana Junaedi, SE., M.Si selaku Wakil Dekan II FB UKWMS menerangkan garis besar isi MoU.(Red)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_gallery interval=”3″ images=”7300,7294,7299,7297,7298″ img_size=”large”][/vc_column][/vc_row]