(UKWMS – 09/01/2024) Tahun 2023, menjadi tahun yang spesial bagi Juan Michael, mahasiswa Fakultas Bisnis Jurusan Manajemen angkatan 2019. Ia berhasil terpilih sebagai Cak Favorit dalam Ajang Kompetisi Cak & Ning 2023. “Awalnya memang iseng, mencari pengalaman, kebetulan orang tua juga mendukung. Jadi sama sekali tidak ada keinginan untuk menang,” ungkap Juan.
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) sebagai salah satu universitas swasta terbaik tentunya senantiasa memberi dukungan kepada para mahasiswa yang bergabung dengan ajang kebudayaan Surabaya seperti Cak & Ning.
Tahapan seleksi dimulai dengan pendaftaran administrasi yang diikuti oleh kurang lebih 500 orang. Bersamaan dengan itu, dilakukan wawancara, untuk mengetahui motivasi mengikuti kompetisi Cak & Ning. Disusul dengan tahap penyisihan pertama, yaitu tes wawancara dan wawasan. Dari tahap itu, diambil 70 peserta alias 35 pasang, untuk mengikuti tahap penyisihan kedua yakni Focus Group Discussion.
“Tantangannya, dalam waktu yang terbatas itu bagaimana agar tidak kelihatan menonjol, namun juga tidak pasif,” ujar Juan. Dari penyisihan kedua, diambil lagi 25 pasang peserta. Penyisihan ketiga berbentuk tes public speaking, masing-masing peserta akan berhadapan dengan lima orang juri. Pada penyisihan keempat, peserta diminta melakukan kegiatan memandu. Kebetulan, Juan mendapat giliran di Cak Durasim.
Kemudian, ke 25 pasang kontestan tersebut masuk dalam babak semi final. Mereka diminta untuk naik ke panggung dan memilih nomor secara acak. Rupanya, nomor yang dipilih mewakili pertanyaan yang perlu mereka jawab. Dari situ, disisihkan 15 pasang untuk menuju ke grand final.
Seluruh finalis menjalani proses karantina selama seminggu dan tak diizinkan membawa telepon seluler. Dalam karantina, mereka mendapatkan pembekalan, juga ada tes wawancara. “Ini yang paling berkesan, karena di sana mental kita betul-betul diuji. Tidur pun hanya bisa 2-3 jam, ada pembekalan semi militer yang harus diikuti. Memang berat, namun menurut saya penting. Setelahnya, jadi mampu berdiri selama 3 jam dengan postur yang terjaga,” demikian papar Juan.
Hari terakhir karantina, rupanya digunakan untuk mengunjungi beberapa tempat, sekaligus wawancara. Menariknya, ada tes tentang ‘Seberapa Surabaya kamu’. Tes ini sengaja meminta peserta untuk ‘misuh’, alias berkata kasar khas Suroboyoan. Meski demikian, bagi Juan: hal yang dipentingkan dari seluruh proses pemilihan adalah Etika, Wawasan, dan Penampilan.
Dalam babak Grand Final, seluruh finalis diminta untuk berorasi. Tantangannya justru muncul, karena yang di-orasikan adalah tempat atau ikon pariwisata. “Selain Cak & Ning Surabaya, ada juga gelar untuk Wakil I, II dan III. Lalu ada Cak & Ning Favorit, Persahabatan, dan Berbakat,” tutur Juan yang menyandang gelar Cak Favorit. Setelah tergabung dalam Paguyuban Cak dan Ning, tentu ada banyak kegiatan yang menunggu.
Misalnya mendatangi undangan untuk acara-acara sosial. Menerima rombongan tamu dari kapal pesiar. Ini tidak bersifat wajib, namun menyesuaikan jadwal dan kesanggupan masing-masing.
Bagi Juan pribadi, mengikuti ajang kompetisi Cak & Ning membawa perubahan besar dalam hidupnya. Dari yang tadinya terbiasa bangun siang, kini bersiap diri sejak pukul 06.00 pagi jadi lazim buatnya. Ia yang semula hanya paham sedikit tentang ikon-ikon sejarah Surabaya, kini banyak paham dari penjelasan rekan-rekan Cak & Ning nya.
Selain sibuk menyelesaikan skripsi dan menjalankan kerja sampingan sebagai penyanyi, Juan sudah berencana untuk masa depannya. Setahun ke depan setelah lulus, dia berencana fokus di kegiatan sebagai Cak & Ning. Memang ada tantangan dalam hal memanajemen waktu. Di sisi lain, ia ingin serius menunjukkan komitmennya bahwa ajang yang ia ikuti memang penting. (VW/Red1)