(UKWMS – 10/10/2023) – Berpikir komputasional (BK) merupakan cara untuk memecahkan masalah yang diperlukan untuk memahami masalah dan merumuskan solusi. Kurikulum Merdeka menyatakan bahwa BK bisa diintegrasikan dalam tema atau mata pelajaran sekolah. Harapannya, siswa diharapkan mampu berpikir kritis, mandiri, dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah.
Maka, untuk meningkatkan keterampilan guru memecahkan masalah pembelajaran, para dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FKIP UKWMS) bergerak langsung ke sekolah-sekolah. Salah satunya sekolah di bawah naungan Yayasan Yohanes Gabriel Sub-Perwakilan Tuban.
Mengusung tema “Berpikir Komputational dan Penginfusan Prinsip-Prinsip BK ke dalam mata pelajaran”, pengabdian masyarakat ini dimulai sejak bulan Juli – Oktober 2023. Bekerja sama dengan guru-guru di KB/TK, SD, dan SMP, kegiatan ini terdiri dari seminar lokakarya (semlok) BK, pelatihan dan pendampingan penginfusan prinsip-prinsip BK ke dalam mata pelajaran sekolah.
“Semlok, pendampingan, dan penerapannya diberikan dalam bentuk unplugged, dimana semua kegiatan diberikan tanpa menggunakan komputer dan internet. Kegiatan unplugged berbasis aktivitas fisik, dapat dilakukan menggunakan instrumen sederhana, murah, dan mudah ditemukan. Seperti permainan edukatif, dadu, teka-teki, gambar, dan aktivitas rekaman berbasis permainan,” jelas Kristin Anggraini, S.Pd., M.Pd., salah satu tim Abdimas.
Berpikir komputasional memiliki empat prinsip yaitu Algoritma, Abstraksi, Dekomposisi, dan Pengenalan Pola (AADP). Algoritma, yaitu menentukan langkah demi langkah solusi untuk mengatasi masalah. Abstraksi, fokus pada informasi yang penting saja dan mengabaikan informasi lain yang tidak relevan. Dekomposisi, mengurai masalah yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil sehingga lebih mudah untuk ditangani. Pengenalan, Pola mencari persamaan atau pola yang terdapat di dalam permasalahan.
Setelah prinsip-prinsip BK dipahami, pelatihan dilanjut dengan memberikan contoh model rancangan modul sederhana untuk satu pertemuan. Infus BK ada pada rumusan tujuan pembelajaran, materi ajar, strategi pembelajaran, dan alat evaluasi. Untuk membantu peserta mengintegrasikan (menginfus) BK, taxonomi Bloom dan BK, serta silabus mata pelajaran dalam Kurikulum Merdeka (KM) diberikan sebagai referensi.
Dalam latihannya, para peserta diminta untuk menganalis dan menemukan topik yang kaya dengan prinsip-prinsip BK. Seperti Preparing Ice Tea untuk pelajaran Bahasa Inggris. “Memilah sampah organik dan anorganik” untuk pelajaran Bahasa Indonesia, “Menu makanan” untuk pelajaran IPA.
Setelah menemukan topik bahasan, Capaian Pembelajaran dalam KM dijabarkan menjadi beberapa Tujuan Pembelajaran (TP) yang diinfus dengan BK. Berdasarkan TP, materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan alat evaluasi dikembangkan.
Sebelumnya, para perserta melakukan kegiatan micro teaching yakni pelaksanaan persiapan yang ditulis dalam modul dilatihkan. Para guru begitu antusias, karena ada hal baru yaitu mengajar dengan contoh nyata dalam kehidupan dan mengajak siswa aktif berpikir dan berpartisipasi.
Terakhir adalah pelaksanaan pembelajaran dengan modul ajar yang telah diinfus dengan BK. Guru semangat dalam mengajar dan para siswa diajak untuk berpikir kritis dan mencari solusi penyelesaian masalah.
Perwakilan Yayasan Yohanes Gabriel Sub-Perwakilan Tuban, Dyane Subekti, SH., mengapresiasi kegiatan ini. “Kerja sama ini telah memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah kami. Materi dan media pembelajaran yang dikembangkan, sangat membantu guru-guru dalam menjalankan proses pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan bagi siswa,” jelas Dyane.
Tim dosen UKWMS yang terlibat dalam program ini juga merasa gembira dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dr. Ignatius Harjanto, M.Pd., selaku ketua tim mengungkapkan, “Melalui program pengabdian masyarakat ini, kami berharap dapat memberikan inspirasi dan pengetahuan baru kepada guru-guru dalam menggunakan teknologi dan media pembelajaran untuk berpikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan dengan baik.”
Tentu pelaksanaan ini tidak akan berjalan lancar, tanpa dukungan pemerintah. Ucapan terima kasih tak luput disampaikan oleh tim dosen Abdimas, kepada Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) melalui surat keputusan Nomor: 368B/WM01.5/P/2023.
Kolaborasi ini diharapkan terus berlanjut dan berdampak positif bagi proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Selain itu, menjadi contoh bagi institusi pendidikan lainnya dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bermanfaat untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia. (Red)