(UKWMS-13/7/2016) Mendengar vonis penyakit yang mengancam jiwa tentunya sangat mengagetkan, menyesakkan dada, dan akhirnya dapat membuat kita menjadi depresi. Depresi pada pasien tentu akan membuatnya kehilangan semangat hidup, dan kondisi psikologisnya menjadi tidak seimbang (misalnya marah-marah). Oleh karena itu, kini dikembangkan terapi paliatif (Palliative Care) yaitu suatu perawatan indisipliner baik medis ataupun perawatan yang bertujuan untuk meringankan penderitaan, mengurangi beban penyakit serius, penyakit kompleks atau penyakit pada stadium terminal.
Sehubungan dengan hal tersebut, Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya pada hari Sabtu, tanggal 21 Mei 2016 lalu mengadakan Seminar Nasional dengan tema “NURSING EMPOWERMENT IN PALLIATIVE CARE” di Auditorium lantai 7, Graha Widya Mandala, Jl. Dinoyo No. 48 A Surabaya. Seminar ini mengundang pembicara yaitu: Dr. Agus Ali Fauzi, PGD Pall Med (ECU) selaku Kepala Instalasi Paliatif dan Bebas Nyeri RSUD Dr. Soetomo; Dr.dr. Inge Wattimena, M.Si selaku dosen Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya; Supawan Tanupabrungsum, selaku Lecturer Faculty of Nursing, St. Louis College, Bangkok, Thailand; Rugaiyah Adam, SST., M.Si selaku Kepala Ruang Poli Paliatif dan Bebas Nyeri RSUD Dr. Soetomo; dan Ni Putu Wulan Purnama Sari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Dalam acara tersebut Ni Putu Wulan Purnama Sari menyampaikan bahwa, “perawatan paliatif diberikan atas dasar tingkat stress dan penderitaan akibat penyakit, bukan hanya berdasarkan kategori penyakit.” Pasien yang biasanya mendapatkan perawatan paliatif adalah penderita kanker, penderita HIV/AIDS, penderita penyakit terminal dan penderita penyakit lain yang membutuhkan penanganan gejala secara intensif. “Perawatan paliatif dapat memenuhi kebutuhan perbaikan hidup pasien dan keluarganya, yang tidak hanya menekankan pada gejala fisik, tetapi juga aspek sosial dan spiritual,” Rugaiyah Adam menambahkan.
Lebih lanjut Wulan menjelaskan tentang peran perawat dalam metode perawatan paliatif, “peran perawat di sini adalah mengkaji dalam aspek fisik, psikologis, sosial , kultural dan spiritual, membuat rencana perawatan, melaksanakan dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang dikerjakan, untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarganya”.
Seminar kali ini semakin menarik dengan hadirnya Supawan Tanupabrungsun M.Sc, dosen keperawatan dari St. Louis College, Bangkok, Thailand. Ia menjelaskan bahwa tidak ada ilmu kesehatan yang benar-benar akan menyembuhkan penyakit, bahkan obat yang ada pun tidak mendukung sepenuhnya pada perawatan untuk memotivasi pasien (holistic care). “No absolute best medical science that can cure every disease, existing medicines do not entirely support the holistic care (Tidak ada ilmu pengetahuan pengobatan terbaik yang absolut, obat-obatan yang ada tidak sepenuhnya menunjang perawatan yang menyeluruh)” ujarnya. Setelah itu, dijelaskan pula cara-cara memberikan pijatan (refleksi) pada pasien beserta cara membuat Chili’s Oil yang mengandung methylsalicylate untuk memberikan rasa nyaman pada pasien, memperlancar sirkulasi darah dan mengurangi rasa nyeri.
Seminar yang dihadiri kalangan mahasiswa keperawatan, akademisi dan petugas kesehatan ini juga dihadiri oleh empat orang mahasiswa St. College, Thailand yang pada saat ini sedang melakukan kegiatan pertukaran mahasiswa. (Theodorus Bambang Kriscahyo)