Belajar Bisnis dari Ojek
“Kalo kamu pingin berbisnis jangan dimulai dari hal-hal biasa. Kamu harus menembus pikiran orang-orang biasa. Sebaik-baiknya ide, itulah yang direalisasikan. Contohnya, ide GO-JEK tercetus saat ngojek dan melihat permasalahan di Indonesia, salah satunya adalah macet,” demikian petuah dari Bayu Wibowo-Regional Manager GO-JEK.
Sejak dipublikasi pada tahun 2015 hingga saat ini, GO-JEK masih menjadi salah satu aplikasi sosial untuk berbagai macam layanan untuk memenuhi kebutuhan harian. GO-JEK sendiri merupakan perusahaan teknologi yang melayani kebutuhan transportasi, logistik, gaya hidup, dan pembayaran di Indonesia.
Memanfaatkan kehadirannya di tengah-tengah ratusan mahasiswa, Bayu Wibowo mengisahkan perjalan GO-JEK dari saat berdiri pada tahun 2010. Saat itu GO-JEK yang diprakarsai oleh Nadiem Makarim (CEO GO-JEK) mendata semua tukang ojek pangkalan berdasarkan wilayah secara manual dan menegokan tarif ojek via telepon atau whatsapp, dan ketika deal (persetujuan tercapai) barulah tukang ojek menjemput sang klien.
Seiring berjalannya waktu, GO-JEK bertransformasi menjadikan tukang ojek pangkalan menjadi tukang ojek online (GO-JEK drivers) yang dituntut untuk rapi, wangi, dan sopan. GO-JEK pun patut berbangga karena saat ini aplikasinya telah diunduh sebanyak 33 juta unduhan dengan jumlah pengemudi ojek sebanyak 240.000 orang yang tersebar di 15 kota di Indonesia.
“Kalau dulunya kami hanya melayani masyarakat dengan layanan GO-RIDE, GO-FOOD, GO-SEND, dan GO-MART dengan jumlah tiga sampai empat order per hari, kini GO-JEK berinovasi dengan menambah layanan seperti GO-CAR, GO-PULSA, GO-MASSAGE, GO-CLEAN, GO-GLAM, GO-TIX, GO-AUTO, GO-MED, dan GO-BUSWAY dengan jumlah empat sampai delapan order per hari. Tentunya bagi para drivers ini adalah perbaikan sumber mata pencaharian dan menciptakan lahan pekerjaan, sementara bagi pelanggan ini merupakan layanan yang memudahkan pelanggan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucap Bayu Wibowo.
Menutup akhir sesi, ia menambahkan bahwa yang membuat GO-JEK berbeda adalah speed (kecepatan pelanggan memesan layanan dan kecepatan driver merespon pesanan pelanggan), innovation (berinovasi dengan menambah banyaknya pilihan layanan yang bisa dipesan oleh pelanggan), dan social impact. Maksud dari yang terakhir adalah pengaruh sosial bagi mereka yang sewaktu di pangkalan ojek hanya mampu mendapat empat order, ketika menggunakan aplikasi GO-JEK yang dibuat serba efektif, produktivitasnya bisa meningkat. (Eunike Purwoningtiyas)