Manfaatkan Bahan Pangan Lokal, Bebas Impor

Negara Indonesia memiliki beraneka ragam komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber pangan. Namun, ketergantungan terhadap beberapa komoditas menyebabkan Indonesia melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Keterbatasan pengetahuan mengenai pemanfaatan bahan pangan lokal yang ada, merupakan masalah yang harus diatasi. Idealnya masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi beragam jenis bahan pangan serta perlu memanfaatkan bahan pangan lokal tersebut dengan baik.

Salah satu kasus gizi buruk dan bencana kesehatan di Asmat, Papua baru-baru ini bisa menjadi alarm. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Yohana Susana Yembise mengatakan, seperti dikutip dari Harian KOMPAS (27/2) lalu, masyarakat Papua, termasuk Asmat, pada masa lalu hidup dengan pangan lokal dari umbi-umbian dan sagu. Namun semenjak ada program bantuan beras untuk rakyat miskin (raskin) dari Pemerintah pada 2003, peralihan konsumsi masyarakat ke beras semakin cepat. Yohana berpendapat, solusi terbaik untuk mengatasi soal pangan di Papua adalah kembali pada kearifan lokal.

“Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan bahan pangan lokal yang ada, untuk menghasilkan produk pangan yang lebih bervariasi dan berkualitas. Mengoptimalkan bahan pangan lokal tidak melulu tugas para peneliti atau pemerhati pangan, namun generasi muda termasuk mahasiswa pun turut ambil peran,” terang Teresia Imaculata, selaku Ketua Pelaksana NFTC 2018. Guna mewadahi dan memotivasi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu dan teknologi pangan, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (BEM FTP UKWMS) kembali menggelar National Food Technology Competition (NFTC).

NFTC merupakan kegiatan seminar serta kompetisi poster dan karya tulis ilmiah skala nasional, yang digelar setiap tahun. NFTC 2018 kali ini mengangkat tema “Diversifikasi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional”. NFTC 2018 kali ini diadakan di area West Rotunda, Grand City Mall Surabaya. Pada NFTC 2018, ada tiga ekspo pangan yang diperagakan proses pembuatannya yakni Kwetiau Beras Hitam, Hash Brown Singkong dan Rainbow Noodle yang menggunakan pewarna alami diantaranya daun suji, buah naga, kunyit dan karbon aktif.

Pada Food Ekspo yang pertama, menyajikan kreasi Kwetiau yang terbuat dari beras hitam. Beras hitam dipilih karena memiliki beragam manfaat diantaranya mengelola berat badan, rendah lemak dan kalori, mencegah penyakit kardiovaskular, hingga melancarkan pencernaan. Pembuatan kwetiau beras hitam dilakukan oleh Catharina Jenny, Alvina Handoyo dan Rexy Dwi Akbar. “Sehingga dengan mengkonsumsi kwetiau beras hitam ini, ada beragam manfaat yang didapat oleh tubuh dan aman dikonsumsi bagi yang ingin memiliki bentuk badan ideal. Lagipula kwetiau ini bisa langsung dikonsumsi usai melalui proses masak. Tak ketinggalan pula, melalui inovasi ini kami ingin menunjukkan kalau beras hitam yang langu bisa dikreasikan menjadi kwetiau ,” ucap Rexy.

Martha Christina, Maria Marcella dan Fransiscus Sabatino menunjukkan Hash Brown Singkong pada penontonKemudian, di Food Ekspo yang kedua di demokan pembuatan Hash Brown Singkong. Hash Brown yang umumnya dibuat dari bahan kentang, kini memanfaatkan bahan pangan lokal yaitu singkong. Tim yang beranggotakan Martha Christina, Maria Marcella dan Fransiscus Sabatino memilih singkong karena selama ini pemanfaatan singkong cenderung untuk jajanan tradisional seperti singkong rebus, singkong goreng, jemblem, kripik dan lainnya. “Dengan pemanfaatan singkong menjadi hash brown akan meningkatkan nilai ekonomisnya, sehingga inovasi untuk singkong pun bisa beragam. Walaupun menggunakan singkong, baik rasa dan tekstur tak kalah nikmat dengan hash brown berbahan kentang,” kata Maria Marcella.

 

Sicilia Liem, Noval Pebri dan Jane Nathania menunjukan kreasi Rainbow Noodle dari pewarna alami dengan berbagai warna

Terakhir, Food Ekspo yang dipertontonkan adalah pembuatan Rainbow Noodle yang menggunakan pewarna alami diantaranya daun suji, buah naga, kunyit dan karbon aktif. Tim yang terdiri dari Sicilia Liem, Noval Pebri dan Jane Nathania ini memilih Rainbow Noodle karena makanan warna warni lebih menarik secara visual dan menjadi tren makanan di tahun 2018. Untuk mendapatkan warna yang menarik, mereka memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat dimana saja. “Seluruh pewarna yang kita gunakan mulai dari daun suji, buah naga, kunyit dan karbon aktif aman untuk dikonsumsi untuk tubuh. Bahkan, ada beragam manfaat bagi tubuh karena nutrisi dari produk mie ini meningkat yakni mulai vitamin hingga antioksidan,” ucap Jane Nathania sambil menunjukkan hasil rainbow noodle.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Rektor dan Para Wakil Rektor (memakai gordon) berfoto bersama Dewan Pengurus YWMS dan Keuskupan Surabaya, usai pelantikan (dok. PKP UKWMS)

Empat Srikandi Pimpin UKWMS Masa Bakti 2024-2028

(UKWMS – 3/12/2024) – Tonggak kepemimpinan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) resmi berganti. Pelantikan Rektor dan Para Wakil Rektor UKWMS masa bakti 2024-2028, dilaksanakan

Masa Adven UKWMS - part 1

Memahami Makna dan Tradisi dalam Masa Adven

(UKWMS – 2/12/2024) – Masa Adven atau masa penantian, dimulai empat minggu sebelum Natal. Karena itu kata “Adven” yang berasal dari bahasa Latin “adventus” memiliki

Penyerahan anggota alumni baru UKWMS oleh Rektor (Kiri) kepada Ketua Ikatan Alumni Marselinus Jeramun S.E

Wisuda UKWMS: Langkah Awal Menuju Masa Depan

(UKWMS – 28/9/2024) – Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) sukses menggelar upacara wisuda semester genap tahun akademik 2023/2024. Upacara digelar pada Sabtu (28/9), di